RASA HORMAT UNTUK ORANG TUA KEDUA

 Rasa Hormat untuk Orang Tua Kedua

Oleh: XI IPA 2


Tahukah kalian siapakah orang tua kedua kita? Orang tua kedua bagi setiap murid adalah seorang guru. Mereka yang selalu memberi kita ilmu dan juga pengajaran yang tak ternilai harganya. Namun, di masa sekarang kita seakan benar-benar melupakan sejarah. Sebelum Indonesia merdeka kita mengenal dengan politik etis atau disebut juga politik balas budi. Di masa itu, kita memperoleh pendidikan yang hanya dapat diikuti oleh golongan bangsawan. Sudah hampir 80 tahun Indonesia merdeka, kita belum sepenuhnya bisa menghargai jasa para pahlawan yang berjuang sampai akhir. Sekarang kita lupa dan seakan begitu butanya dalam hal yang cukup sederhana. Seorang guru seakan bukan lagi seseorang yang harus dihormati. 

Banyak dari kita yang melihat sikap dan aksi para murid yang sangat tidak wajar terhadap guru mereka sendiri. Berkata kasar kepada mereka, mencaci maki, berani melawan dengan perkataan yang buruk, bahkan ada yang terang-terangan melawan guru dengan adu fisik. Jika kita tidak ingin melihat yang terlalu jauh, kita bisa melirik diri kita sendiri. Sebagai pelajar yang masih sangat minim ilmu, seringkali kita merasa angkuh dan sombong. Saat bertemu guru, kita seakan tidak melihatnya dan melenggang pergi. Saat guru menjelaskan, kita lebih sibuk dengan diri sendiri. Apakah kita sudah merasa cukup baik untuk dipanggil sebagai seorang siswa? Apakah kita sudah benar-benar mengerti tentang makna dari kata siswa? Sebagai seorang siswa yang masih perlu bimbingan dan pengajaran dari orang lain, seharusnya kita tidak menyombongkan diri dengan menganggap bahwa guru sebagai orang asing yang tak perlu diperhatikan.

Seharusnya kita perlu mengingat kembali dengan makna sopan santun. Merujuk pada KBBI, sopan santun adalah budi pekerti yang baik, tata krama, peradaban, dan kesusilaan. Selanjutnya, kita perlu mengartikan kembali mengenai budi pekerti yang baik. Kita sudah sama-sama dewasa dan menempuh pendidikan lebih dari enam tahun. Budi pekerti yang baik merupakan sikap kita untuk tidak egois, menghormati orang lain, dan tidak semena-mena terhadap orang lain meskipun dirinya memang lebih tinggi. Apabila sebagai seorang pelajar saja kita tidak bisa menghargai makna guru yang sebenarnya, lalu dari mana kita akan memperoleh kemanfaatan dari ilmu tersebut. Jangan menjadikan diri sendiri layaknya orang yang tak pernah berpendidikan. Perbedaan mendasar orang yang berpendidikan dengan yang tidak bisa dilihat melalui sikap dan tata kramanya. Banyak orang yang terlahir cerdas dan bahkan lebih pintar dibanding orang yang menempuh pendidikan selama dua belas tahun. Tapi coba lihat sikap yang ditunjukkan oleh mereka. Orang yang berpendidikan seharusnya mempunyai adab yang baik dan tutur kata yang sopan, karena mereka disekolahkan. Jika kita sebagai seseorang yang menempuh jenjang pendidikan tapi belum paham makna sebenarnya dari adab dan tata krama yang baik, kita  tidak ada bedanya dengan orang yang tidak berpendidikan.

Saat guru menerangkan dan menjelaskan materi di depan kelas, kita sebagai seorang murid seharusnya fokus mendengarkan dan tidak sibuk dengan diri sendiri. Fokus dan dengarkan dengan cermat apa yang guru jelaskan. Hal ini mungkin terlihat sederhana. Tapi nyatanya kita masih kesulitan melakukannya setiap pelajaran berlangsung. Kita cukup mendengarkan dan memperhatikan saat guru menjelaskan sudah membuktikan bahwa kita menghargai mereka. Selanjutnya adalah menjaga ucapan, terlebih lagi dengan guru. Semakin hari, kita mempelajari banyak kosa kata baru. Saat kita berkata mengenai hal-hal tabu dan terkesan kasar, kebiasaan itu harus mulai dihilangkan. Sangat tidak sopan jika kita berkata kasar terhadap seseorang yang dengan sabarnya memberi kita ilmu. Kita juga tidak boleh membicarakan mengenai keburukan mereka hanya karena alasan kita tidak menyukai pelajaran yang mereka ampuh. Semua guru pastinya memiliki kekurangan. Hal ini wajar karena mereka juga seorang manusia. Sebagai seorang murid, seharusnya kita paham dengan hal itu dan tidak mengomentari karena kekurangan mereka. Tugas guru adalah membimbing dan menuntun muridnya ke hal-hal positif. Jadi, saat kita ditegur oleh mereka, sikap kita juga harus patuh dan taat. Contohnya saat kita datang terlambat dan ditegur oleh bapak guru. Hal yang harus kita lakukan yaitu tidak mengulangi kesalahan yang sama. Berterimakasihlah kepada mereka yang bersedia untuk mengingatkan.

Islam juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati orang tua dan guru. Bersikap baik kepada mereka dan tidak membentak. Jika kita merasa tidak suka dengan sikap seorang guru, bukan berarti kita harus membenci mereka. Karena bagaimanapun juga, mereka adalah seseorang yang harus senantiasa kita hormati. Setiap harinya bapak dan ibu guru juga tidak menanggung beban yang sedikit. Mereka ditugaskan untuk menjadikan para muridnya menjadi lebih baik. Tanpa kita sadari, mereka juga terus memperbaiki diri sebagai contoh yang baik bagi anak didiknya. Tidak ada guru yang berniat jahat, bahkan untuk anak didik yang paling nakal sekalipun. Untuk itu, hormatilah gurumu sama halnya kamu menghormati kedua orang tua. 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama