DEKANDASI MORAL : SISWA GENERASI Z

DEKANDASI MORAL : SISWA GENERASI Z

Oleh : XI IPA 1


(Gambar5.1) Sumber : youtube_MAN2Kebumen_CatatanAkhirTahunManda26

Remaja, tidak akan ada habisnya jika membicarakan tentang satu hal ini. Namun siapakah sebenarnya remaja itu? Menurut teori, remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Kita sendiri merupakan generasi Z loh, generasi yang lahir antara tahun 1996-2012 dan sering disebut generasi digital. Nah, karena remaja merupakan proses pendewasaan diri, penting adanya terapan moral yang baik di masa remaja itu sendiri apalagi ditengah maraknya digitalisasi akibat globalisasi ini. Remaja dengan moral yang baik akan membentuk pendewasaan yang baik nantinya dilingkungan manapun.

Sayangnya, akhir-akhir kemarin setelah wabah covid-19 melanda dunia, di Indonesia khususnya, moral remaja menjadi sangat memprihatinkan. Hal ini sangat terlihat setelah diterapkannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM), dan tentu saja dengan banyak factor. Setelah beberapa lama PTM diterapkan dengan segala upaya perbaikan moral di lingkungan keluarga, sekolah, dan lainnya, dekandasi moral ini pun menyusut. Peristiwa ini bukan berarti menjadikan kita untuk bersantai, karena sebenarnya mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan. Apa saja yang menjadi faktor dekandasi moral siswa? Lalu bagaimana cara agar bisa mengembalikan serta mempertahankan moral siswa, dan apakah benar siswa dulu lebih baik dibandingkan siswa generasi Z ini? Mari kita bahas selengkapnya.

“Anak sekarang, tidak sama dengan anak dulu” Kata yang entah berapa kali disebut oleh orang tua kepada anak zaman sekarang, lantas apa sih yang dikeluhkan mereka? Banyak siswa yang bersikap acuh tak acuh kepada siapapun, lebih sering menggenggam gadget-nya  daripada bermain dilapangan bersama temannya. Memprihatinkannya lagi saat di sekolah, siswa yang acuh tidak menyapa gurunya, menggunakan HP ditengah pembelajaran, dan banyak lainnya seakan tidak mengerti adab. Kejadian yang terlihat setelah mewabahnya Covid-19 ini, memberikan efek besar terhadap kehidupan social manusia terutama kalangan siswa. Faktor-faktor kemerosotan moral remaja setelah wabah yaitu, perkembangan globalisasi ditengah pandemi. Gadget, merupakan salah satu unsur terbesar yang memberikan pengaruh. Siswa yang saat itu melewati pembelajaran daring kurang lebih 2 tahun dengan harus melibatkan gadget sekarang sulit dan mungkin tidak akan lepas dari gadget. Gadget yang  semestinya digunakan untuk pembelajaran, nyatanya tidak hanya digunakan untuk itu saja. Bermain game, bermain medsos, dengan batas yang tak wajar adalah aktivitas yang sering di gandrungi remaja masa kini. Tentu saja itu akan berpengaruh pada moral remaja, ketika benda tersebut disalah gunakan maupun di gunakan melebihi batas wajar. Orang yang sudah kecanduan gadget akan mudah marah, sulit menerima nasehat orang lain, dan menjadi malas. Tentu, hal ini berbahaya bagi moral pelajar.

Berdasarkan survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI, 2020)

Terbukti dalam survey penelitian, bahwa sebagian besar pengguna gadget adalah pelajar, dan tidak sedikit pula yang menjadi pecandu gadget. Hal ini perlu ditindak lanjuti, melihat banyak siswa yang menyalahgunakan gadget pada saat pembelajaran. Seperti yang di terapkan MAN 2 dari beberapa bulan yang lalu, yaitu pembatasan gadget lewat lemari khusus. Lemari kecil yang telah tersedia di dalam kelas di aplikasikan untuk penyimpanan HP pelajar saat pembelajaran dimulai. Hal ini sebenarnya sudah ada sejak lama, namun baru diaplikasikan kembali setelah maraknya siswa menyalahgunakan HP saat pembelajaran. Pendisiplinan HP ini selain mencegah penyalahgunaan HP saat pembelajaran juga berfungsi mengamankan HP dari resiko HP hilang. Hal ini bukan berarti siswa tidak boleh membawa atau memainkan HP, karena HP boleh digunakan pada pembelajaran yang membutuhkannya. 

Faktor krisis moral yang selanjutnya adalah kesenjangan social. Kesenjangan social yang dimaksud adalah rendahnya kesadaran suatu individu akan kehidupan sosialnya, karena telah terbiasa hidup tanpa berbaur lingkungan. Hal ini menyebabka timbulnya rasa acuh tak acuh pada lingkungan, rasa tidak percaya diri, bahkan tidak mempunyai tata krama. Kesenjangan social ini terlihat pada sikap sepele siswa yang tidak menyapa guru, makan atau minum sambal berjalan, berkata kurang sopan, dan banyak lainnya. Hal ini patut diperhatikan, karena penghormatan siswa terhadap gurunya adalah hal yang penting sebagaimana perkataan Imam Az Zarnuzi,  “Ketahuilah, sesungguhnya seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula bermanfaat ilmunya, kecuali dengan mengagungkan ilmu dan ahli ilmu, mengagungkan gurunya dan menghormatinya”. Kebiasaan yang satu ini membutuhkan suatu tindakan untuk kebiasaan yang lebih baik, seperti memberi ilmu tentang adab dan akhlak, pendisiplinan tegas maupun halus, dan pembiasaan social lewat lingkungan, atau hobi.

(Gambar 5.2)

(Gambar 5.3) Sumber : @manda_kbm

Kegiatan pada gambar diatas merupakan contoh penerapan pembentukan moral siswa, seperti pendisiplinan saat telat sekolah, pembiasaan penyapaan pada guru, dan banyak lainnya. Selain kegiatan pendisiplinan dari guru, organisasi juga turut ikut serta dalam membangun moral siswa. Organisasi-organisasi di sekolah dapat menumbuhkan karakter sosial siswa, dalam rasa senasib dan kerjasama. Usaha penguatan moral dari luar yaitu misalnya digalakannya sosialisasi dari pihak-pihak luar seperti universitas.

(Gambar 5.4)

(Gambar 5.5) Sumber : @manda_kbm

Penemuan mengatasi dekandasi moral oleh MAN 2 Kebumen ini, menjadikan sedikit demi sedikit terbentuknya moral pelajar. Siswa sekarang tidak seburuk apa yang dipikirkan, ditengah krisisnya moral dan pandemi, serta perkembangan globalisasi, mereka tetap bis meraih prestasi disegala bidang, dengan pemanfaatan teknologi, yang artinya gadget tadi tidaklah sepenuhnya negative. Event-event online misalnya yang banyak terselenggara dari sejak pandemi kemarin meraihkan banyak prestasi siswa Indonesia.


Kesimpulan

 Pentingnya menjaga moral pada Generasi Digital (Generasi Z) di era krisisnya moral setelah pandemic covid-19, agar tidak terjadi lunturnya adab siswa terhadap gurunya.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama